Selasa, 20 Februari 2018

BOROBUDUR

candi borobudur merupakan warisan budaya indonesia yang sudah terkenal sampai ke seluruh dunia bangunan ini merupakan candi budha terbesar didunia dan ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO.bentuknya yang megah dan detail arsitekturnya yang unik membuat semua orang ingin mengunjungi borobudur yang penasaran dengan ceritanya,borobudur mencuri perhatian dunia sejak HC cornelius menemukan lokasinya atas perintah Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814.pekerjaan menggali lokasi yang diduga monumen besar kemudian dilanjutkan oleh hotman salah satu pejabat pemerintah belanda yang saat itu para arkeolog berlomba lomba mencari tahu asal usul candi budha terbesar didunia ini

asal usul candi borobudur

candi borobudur diyakini merupakan peninggalan kerajaan Dinasti Sailendra masa pemerintahan raja Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno dan selesai dibangun pada abad ke-8.banyak sekali misteri candi borobudur yang belum terkuak ,apa sebenarnya nama asli candi borobudur tidak ada prasasti atau buku yang menjelaskan dengan pasti tentang pembanguan borobudur,ada yang mengatakan nama tersebut berasal dari nama samara budhara memiliki arti gunung yang lerengnya terletak teras teras ada juga yang mengatakan borobudur berasal dari ucapan para budha yang mengalami pergeseran satu satu nya tulisan yang menyebutkan borobudur pertama kali adalah thomas Sir Thomas Stamford Rafflesdalam bukunya yang berjudul sejarah pulau jawa .para ahli sejarah memperkirakan Sir Thomas Stamford Raffles menyebut borobudur dari kata bore dan budur ,bore artinya ialah desa sebuah desa yang terletak di dekat lokasi letak candi borobudur ditemukan sedangkan budur artinya purba

sejarah berdirinya candi borobudur diperkirakan dibangun pada tahun 750 masehi oleh kerajaan syailendra yang pada waktu itu menganut agama budha,pembangunan itu sangat misterius karena manusia pada abad ke 7 belum mengenal perhitungan arsitektur yang tinggi tetapi borobudur dibangun perhitungan arsitektur yang canggih ,hingga kini tidak satu pun yang dapat menjelaskan bagaimana cara pembangunan dan sejarah candi borobudur ini

Sudah banyak ilmuan dari seluruh penjuru dunia yang datang namun tidak satu pun yang berhasil mengungkapkan misteri pembangunan borobudur. Salah satu pertayaan yang membuat para peneliti penasaran adalah dari mana asal batu-batu besar yang ada di candi borobudur dan bagai mana menyusunnya dengan presisi dan arsitektur yang sangat rapih. Ada yang memperkirakan batu itu berasal dari gunung merapi namun bagaimana membawanya dari gunung merapi menuju lokasi candi mengingat lokasinya berada di atas bukit.

Candi borobudur memiliki 72 stupa yang berbentuk lonceng ajaib, Stupa terbesar terletak di puncak candi sementara yang lain mengelilingi stufa hingga kebawah. Ketika ilmuan menggambar denah candi borobudur, mereka menemukan pola-pola aneh yang mengarah pada fungsi borobudur sebagai jam matahari, jarum jamnya berupa bayangan stupa yang besar dan jatuh tepat di stupa lantai bawah  namun belum di ketahui secara pasti bagaimana pembagian waktu yang di lakukan dengan menggunakan candi borobudur ada yang mengatakan jam pada candi borobudurmenunjukan tanda kapan masa bercocok tanam atau masa panen.

Candi Borobudur dibangun diatas sebuah danau Purba

gambar candi borobudur
Misteri tentang adanya danau purba muncul ketika seorang seniman belanda mengajukan sebuah teori bahwa dulunya dataran gedung tempat borobudur berdiri merupakan sebuah danau, jika di lihat dari atas borobudur melambangkan sebuah bunga teratai, teratai biasanya tumbuh di atas air postur budha yang berada di puncak borobudur melambangkan sutra teratai yang banyak di temui dalam naskah agama budha teori ini menimbulkan pertentangan yang cukup pelik. Para arkeolog menemukan bukti-bukti arkeologi yang membuktikan bahwa kawasan sekitar borobudur pada masa pembangunan candi adalah dataran kering bukan dasar danau purba sementara pakar geologi malah mendukung seniman Belanda ini. Mereka menemukan endapan senimen lumpur di dekat candi penelitian ini di lakukan tahun 2000 dan mendukung keberadaan danau purba di sekitar borobudur bukti tersebut menunjukan bahwa dasar bukit dekat borobudur pernah kembali terendam dan menjadi tepian danau sekitar abad ke-13 dan ke-14. itulah penjelasan tentang candi borobudur yang membuktikan bahwa nenek moyang kita mampu membuat karya megah sepanjang masa semoga karya ini terjaga dari generasi ke generasi.

relief candi borobudur dan kisah mahabarata

Didalam candi borobudur terdapat sebuah relief yang mengisahkan tentang satu karya sastra yang cukup terkenal yaitu MAHABARATA.maha barata ini sebenarnya bukan kisah nyata dan juga bukan kitab agama karena penulisnya bukan Nabi tapi maha barata ini karya sastra dalam kitab adi parwa itu maha barata kitab pertama nah ada kisah mengenai pandawa dan kurawa keduanya leluhurnya sama yaitu bangsa kuru tapi mempunyai sifat yang berbeda kurawa kususnya durya dana itu mempunyai sifat yang licik dia penngen kuasai ini warisan kerajaan oleh kelompoknya kurawa atau yang terwakili 100 orang dengan duryadana ini. Maka durya dana mengundang kunti ibunya pendawa maka dengan anaknya lima pendawa lima di undang untuk pergi ke suatu tempat untuk bermalam dan bermain di sana nahh ketika mereka bermalam maka rumahnya tuh di bakar untung kunti dan pandawa tidak terbakar hidup-hidup tapi bisa meloloskan diri dan menyelamatkan di hutan di dekatnya. Dalam perjalannya di tengah hutan maka pandawa sampai pada kerajaan yang namanya pancala rajannya drupada,di kerajaan itu sedang ada sayembara untuk memperebutkan banyak hal tapi di antaranya adalah memperebutkan drupadi itu adalah drupadi ini putri kerajaan pancala ini lalu pandawa ini menggunakan pakaian penyamaran pakaian brahmana mengikuti sayembara dan tentunya arjuna yang mewakili dia mempunyai kehebatan dalam hal memanah memenangkan sayembara ini. Sesampainya pandawa di rumah dia menceritakan kepada ibunya kunti kemenangan tersebut, "kami memenangkan sayembara kami dapat hadiah lalu ibunya dengan suara berwibawa seorang ibu begini nak apapun yang kamu dapatkan kamu harus adil itu hadiah harus di bagi lima tapi ibu, tetapi tidak alasan kamu harus mendengar orang tua di bagi rata, tapi bu , tidak tapi-tapian. lalu sepakat di bagi lima nah kunti ibunya baru tahu bahwa hadiahnya termasuk drupadi seorang wanita karena tidak mau menjilat lidahnya dan kata-katanya maka apa boleh buat drupadi harus menikahi 5 orang laki-laki

MASJID AGUNG JAWA TENGAH

Masjid Agung Jawa Tengah adalah masjid yang terletak di Semarang, provinsi Jawa TengahIndonesia.
Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 hingga selesai secara keseluruhan pada tahun 2006. Masjid ini berdiri di atas lahan 10 hektare. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006. Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah.

Sejarah

Keberadaan bangunan masjid ini tak lepas dari Masjid Besar Kauman Semarang. Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Besar Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu rimbanya. Raibnya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang berawal dari proses tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119.127 ha yang dikelola oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bidang Urusan Agama Depag Jawa Tengah. Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh BKM tanah itu di tukar guling dengan tanah seluas 250 ha di Demak lewat PT. Sambirejo. Kemudian berpindah tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto Siswoyo.
Hasil perjuangan banyak pihak untuk mengembalikan banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang itu ahirnya berbuah manis setelah melalui perjuangan panjang. MAJT sendiri dibangun di atas salah satu petak tanah banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang yang telah kembali tersebut.
MAJT dengan payungnya yang terkembang
Pada tanggal 6 Juni 2001, Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah untuk menangani masalah-masalah baik yang mendasar maupun teknis. Berkat niat yang luhur dan silaturahmi yang erat, dalam waktu kerja yang amat singkat keputusan-keputusan pokok sudah dapat ditentukan: status tanah, persetujuan pembiayaan dari APBD oleh DPRD Jawa Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang.
Kemudian pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-MunawarKH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto. Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta besar dari negara-negara sahabat, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina, dan Abu Dhabi. Dengan demikian mata dan perhatian dunia internasional pun mendukung dibangunnya Masjid Agung Jawa Tengah tersebut.
MAJT diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektar dan luas bangunan induk untuk salat 7.669 meter persegi secara keseluruhan pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar Rp 198.692.340.000.
Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 November 2006, namun masjid ini telah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah digunakan ibadah Salat Jumat untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah)
Perpaduan dua arsitektural pada atap MAJT

Arsitektur

Masjid Agung Jawa Tengah dirancang dalam gaya arsitektural campuran Jawa, Islam dan Romawi. Diarsiteki oleh Ir. H. Ahmad Fanani dari PT. Atelier Enam Jakarta yang memenangkan sayembara desain MAJT tahun 2001. Bangunan utama masjid beratap limas khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap dengan satu menara terpisah dari bangunan masjid setinggi 99 meter.
Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar dipelataran masjid. Pilar-pilar bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi kaligrafi kaligrafiyang indah, menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul, di gerbang ditulis dua kalimat syahadat, pada bidang datar tertulis huruf Arab Melayu“Sucining Guno Gapuraning Gusti“.
Menara dan Pilar di serambi MAJT
Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas.
Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Al Husna atau Al Husna Tower yang tingginya 99 meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat Studio Radio Dais (Dakwah Islam) dan pemancar TVKU. Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Lantai 19 untuk menara pandang, dilengkapi 5 teropong yang bisa melihat kota Semarang. Pada awal Ramadhan 1427 H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk melihat RukyatulHilal oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan menggunakan teropong canggih dari Boscha.

Fasilitas

Menara Asmaul Husna setinggi 99 meter di area MAJT
Di dalam area MAJT terdapat Menara Asma Al-Husna Setinggi 99 Meter terdiri dari : lantai 1 untuk Studio Radio DAIS MAJT dan pemancar TVKU, lantai 2 untuk museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, Lantai 18 rumah makan berputar, lantai 19 Gardu pandang kota Semarang dan lantai 19 Tempat rukyat al-hilal.
Area serambi Masjid Agung Jawa Tengah dilengkapi 6 payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi, Tinggi masing masing payung elektrik adalah 20 meter dengan diameter 14 meter. Payung elektrik dibuka setiap salat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot, namun jika pengunjung ada yang ingin melihat proses mengembangnya payung tersebut bisa menghubungi pengurus masjid.
MAJT memiliki koleksi Al Quran raksasa berukuran 145 x 95 cm². Ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin, dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Lokasi berada di dalam ruang utama tempat salat. Bedug raksasa berukuran panjang 310 cm, diameter 220 cm. Merupakan replika bedug Pendowo Purworejo. Dibuat oleh para santri pondok pesantren Alfalah, Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, asuhan KH Ahmad Sobri, menggunakan kulit lembu Australia.

GONDANG


PABELAN – Desa Jembrak sedang mengembangkan wisata yang terpusat di salah satu perbukitan di wilayahnya, yakni Kawasan Wisata Bukit Gondang. Di kawasan ini, terdapat sirkuit yang kerap digunakan oleh para crosser untuk menyalurkan hobi mereka.
Tak jarang perlombaan juga digelar yang berdampak memberikan kesempatan kepada warga untuk mencari rejeki dengan berjualan makanan dan minuman. Tidak hanya crosser dari Kecamatan sekitar, sirkuit ini Kata Kepala desa Jembrak Sunaryo juga menarik minat crosser dari luar Kota, seperti Salatiga, Boyolali, Purwodadi dan sejumlah kota lainnya.
Arena yang dibangun sejak Agustus lalu ini selain memiliki medan yang menantang juga dekat dari Salatiga. Akses menuju sirkuit yang terhitung mudah mampu menggugah minat para crosser untuk menjajal kemampuan mereka  di sirkuit ini.
”Event-event akan terus diadakan. Sekaligus untuk mengenalkan potensi alam yang ada di desa Jembrak. Kami kembangkan ini supaya bisa memberikan kesempatan kepada warga untuk menambah pendapatan dengan berjualan saat event,” kata dia.
”Terbukti mereka mendapat peningkatan pendapatan. Tidak hanya saat event, tiap Sabtu Minggu mereka juga bisa berjualan karena pasti ada latihan,” imbuhnya.
Selain sirkuit, di kawasan wisata Bukit Gondang ini juga sudah dibangun kolam renang yang diharapkan bisa terintegrasi dengan sirkuit yang ada. Sebuah kolam renang dengan air alami serta pemandangan alam yang masih hijau diharapkan mampu membuat pengunjung merasa betah untuk bermain air di kawasan wisata ini.
”Nanti juga akan dibangun gardu pandang, karena pemandangannya memang cukup bagus. Selain itu, bisa juga akan diberikan fasilitas flying fox. Harus diupayakan karena Desa ini memang menjadi salah satu Desa Wisata di kecamatan Pabelan,” jelas Sunaryo sembari mengataakn bahwa masih banyak potensi lain seperti punden Kyai Jembrak dan Kyai Dipoyono yang nantinya juga akan dikembangkan.
Sekretaris Desa Jembrak Sriatun menambahkan, selain wisata olahraga dan alam, di Desa Jembrak juga terdapat produk unggulan berupa gula kelapa yang bisa dijadikan oleh-oleh bagi para pengunjung. Selain itu, terdapat pula kerajinan dari barang bekas yang dihasilkan oleh karang taruna Desa setempat.
”Karya mereka itu ada handuk bekas yang disulap menjadi pot. Jadi memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi. Ini nanti juga bisa diintegrasikan ke wisata yang kami kembangkan. Ada juga produk makanan dari UMKM,” kata Sriatun menambahkan.
Memang, karang taruna di desa ini nantinya akan digandeng untuk mengelola objek wisata di kawasan Bukit Gondang. Pemerintah Desa berharap kawasan wisata ini mampu menyerap tenaga kerja sehingga dapat menciptakan Desa Jembrak yang mandiri dalam hal perekonomian

PEMANDIAN AIR MUNCUL

Obyek wisata pemandian air alam muncul atau yang dikenal dengan Kolam Muncul ramai dipadati pengunjung, Selasa (27/6/2017), meskipun cuaca mendung. Bahkan saat hujan para pengunjung masih tetap saja menikmati pemandian yang terkenal dengan airnya yang alami tersebut. Destinasi wisata ini berlokasi di  Jalan Raya Muncul, Rowoboni, Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
"Mumpung lagi mudik, saya bawa keluarga di sini. Murah meriah dan airnya alami," kata seorang pengunjung.
obyek wisata milik Pemda Kabupaten Semarang tersebut ramai dipadati pengunjung meskipun cuaca mendung. Bahkan pada pukul 12.30 WIB, curah hujan mulai turun.
Beberapa pengunjung justru asyik berenang saat hujan turun. Sementara itu, jalan di depan area obyek wisata terpantau padat karena para pengunjung yang membawa mobil memarkirkan kendaraan mereka di ruas jalan.
Agus Budianto, karyawan yang bertugas menuturkan ada peningkatan sekitar 20 persen pengunjung bila musim lebaran tiba. Terutama di H+1 sampai H+7 lebaran.
"Kalau musim lebaran itu pasti ramai dibandingkan hari raya keagamaan lainnya, terutama di H+1 sampai H+7, kalau hari H lebaran masih sepi, ramainya setelah pukul 12.00 WIB. Kami buka seperti biasa dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.30 WIB," kata Agus.
Sementara untuk tarif, hqrga yang di patok sebesar Rp. 7.500, harga tersebut merupakan tarif masuk saat hari Minggu dan libur hari raya.  Harga tiket reguler Rp. 5.000.
Agus menambahkan, pengunjung datang ke Pemandian Muncul karena airnya yang alami dan selalu berganti lewat sistem sirkulasi.
"Airnya langsung dari alam, airnya ganti terus karena itu sirkulasi. Ngalirnya keluar terus," ungkapnya. (*)

BUKIT CINTA AMBARAWA

Bukit Cinta merupakan salah satu kawasan di tepi danau Rawa Pening yang menyajikan pemandangan alam yang cukup indah. Obyek wisata ini pernah menjadi tujuan wisata unggulan pada dua dekade yang lalu. Kejayaan obyek wisata Bukit Cinta telah lewat dan saat ini jumlah pengunjung menurun dari tahun ke tahun. Salah satu hal yang menjadi penyebabnya adalah kurang terawatnya kawasan wisata Bukit Cinta.
Bukit Cinta terletak di desa Kebondowo, kecamatan Banyubiru, kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Bukit Cinta merupakan sebuah bukit kecil yang terletak di pinggir Danau Rawa Pening. Sesuai dengan namanya, zaman dahulu merupakan tempat memadu kasih pengantin baru.
Gapura Obyek Wisata Bukit Cinta
Lokasi Bukit Cinta berada di sebelah barat daya kawasan danau Rawa Pening. Rute mudahnya dengan melewati jalan beraspal kecil dari Jalan Lingkar Ambarawa atau jalan tembus dari Jalan Raya Salatiga-Ambarawa. Akses jalan menuju ke obyek wisata Bukit Cinta masih berupa jalan pedesaan yang sempit dan terdapat beberapa lubang di beberapa titik. Papan petunjuk arah menuju ke lokasi wisata sudah terpasang di beberapa titik sehingga membantu pengunjung yang baru pertama kali berkunjung ke tempat ini.
Pintu masuk kawasan wisata Bukit Cinta Rawa Pening ditandai dengan sebuah gapura sederhana dan terdapat patung ganesha di depan kedua tiang penyangga. Penarikan tiket retribusi masuk kepada pengunjung dilakukan di gapura masuk tersebut oleh petugas jaga yang bertugas. Area parkir kendaraan pengunjung berada di dalam kawasan wisata dan tersedia cukup luas untuk menampung puluhan kendaraan beroda empat. Disekeliling area parkir Bukit Cinta berderet bangunan permanen berbentuk kios yang menjual beraneka macam kerajinan khas ambarawa, makanan, dan minuman. Kerajinan khas Ambarawa yang terkenal ada kerajinan dari enceng gondog mulai dari bermacam-macam bentuk tas, vas bunga, tempat tisu, kursi, hiasan dinding, dan masih banyak lagi. Warung makan yang ada disekitar area parkir Bukit Cinta menyajikan hidangan masakan air tawar.
Sejarah Bukit Cinta berasal dari sebuah tempat tinggi yang dimanfaatkan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda sebagai Gardu Pemantau Pertumbuhan Enceng Gondog yang menyebar di Rawa Pening. Tujuan pembangunannya untuk mengendalikan pertumbuhan enceng gundog karena adanya pembangkit listrik tenaga air (PLTA) milik kolonial Belanda yang dikembangkan di Rawa Pening. Pada tahun 1975, Gardu Pemantau Pertumbuhan Enceng Gondog ini diubah oleh pemerintah daerah kabupaten Ungaran (Semarang) menjadi Gardu Pemandangan Alam Rawa Pening. Pada tahun 1983, tempat tersebut mulai dikenal masyarakat luas dan berganti nama menjadi Bukit Cinta.
Penggunaan nama Bukit Cinta pada obyek wisata di tepi danau Rawa Pening ini diyakini merupakan yang pertama kali disematkan diantara nama obyek wisata Bukit Cinta lain di Indonesia. Saat ini sudah banyak obyek wisata lain di Indonesia yang menggunakan nama atau istilah “Bukit Cinta” seperti Bukit Cinta Bromo, Bukit Cinta Nganjuk, Bukit Cinta Karangasem, Taman Bukit Cinta Pamekasan Madura, dan Bukit Cinta yang lainnya. Penggunaan nama yang sama atau mirip tersebut beralasan agar mudah diingat dan memang cocok digunakan sebagai tempat berbagi kebahagiaan pada muda mudi yang datang ke tempat tersebut.
Saat berjalan menuju ke tepi Rawa Pening, pengunjung disambut dengan patung raksasa berbentuk naga raksasa. Sebagian besar pengunjung baru mengetahui saat membaca informasi bahwa patung tersebut sebenarnya patung ular raksasa yang menjadi legenda terbentuknya Rawa Pening yaitu ular Baruklinting (Baru Klinting). Patung ular raksasa tersebut terdapat rongga yang berisi sebuah ruangan. Ruangan tersebut isinya berupa koleksi hewan-hewan reptil dan ikan yang dimasukkan ke dalam aquarium. Sepertinya menarik namun sayang kondisinya terlihat kurang terawat dan kotor banyak sampah berserakan. Hal ini menjadikan alasan pengunjung malas memasuki atau berkunjung ke ruangan koleksi hewan reptil dan ikan hias ini.
Pesatnya pertumbuhan enceng gondok akibat pencemaran air yang terjadi di Rawa Pening. Air danau yang tercemar sabun dan limbah industri dapat memacu enceng gondok untuk tumbuh dengan cepat. Usaha pembersihan enceng gondog di Rawa Pening sepertinya gagal karena pertumbuhan lebih cepat daripada usaha pembersihannya.
Pemandangan Rawa Pening Dari Bukit Cinta
Saat menaiki sebuah bukit kecil, pengunjung Bukit Cinta disambut dengan banyaknya pohon besar yang tumbuh disekitarnya. Pada kondisi panas terik, berada di bawah pohon besar terasa teduh, sejuk, dan nyaman. Namun rasa nyaman tidak berlangsung lama karena dibagian akar pohon besar banyak ditemukan sampah yang berserakan dan tidak dibersihkan. Beberapa fasilitas pendukung seperti tempat duduk, permainan anak, dan gazebo mengalami kerusakan dan belum diperbaiki.
Pemandangan Rawa Pening dari tepi Bukit Cinta tidak terlalu menarik. Tanaman enceng gondok hampir memenuhi kawasan Rawa Pening disekitar Bukit Cinta. Lebatnya tanaman enceng gondog di tepi danau membuat perahu dan rakit hanya dibiarkan bersandar di dermaga kecil. Sebuah perahu yang disewa oleh pengunjung Bukit Cinta tampak kesulitan menuju ke tengah Rawa Pening saat melewati lebatnya enceng gondok.

Bagi sebagian orang yang pernah berkunjung ke Bukit Cinta menganggap bahwa obyek wisata tersebut kehilangan daya tariknya dan mereka malas untuk berkunjung kembali. Wisata alam dan hiburan air yang dahulu sempat menjadi daya tarik utama wisata Rawa Pening di Bukit Cinta telah lenyap dan tidak menarik lagi. Saat ini sebagian besar pengunjung atau wisatawan lebih memilih Kampoeng Rawa Ambarawa yang aksesnya cukup dekat dari kota Ambarawa. Kampoeng Rawa Ambarawa merupakan kawasan wisata baru di tepi Rawa Pening yang tertata rapi, berfasilitas lengkap, dan terawat dengan baik.
Masalah sampah, enceng gondog, dan pengelolaan obyek wisata sepertinya menjadi masalah utama pada pengembangan wisata Bukit Cinta. Banyaknya pungutan liar (pungli) disekitar Bukit Cinta memperburuk citra obyek wisata. Bila dibiarkan lebih lanjut dikhawatirkan obyek wisata Bukit Cinta sepi pengunjung dan terancam ditutup. Cukup disayangkan apabila obyek wisata Bukit Cinta terbengkalai padahal banyak kisah sejarah Rawa Pening dari tempat ini. 

Selasa, 13 Februari 2018

WISATA TOP SELFIE DI MAGELANG

1. Hutan Pinus Kragilan, Tempat Sejuk Untuk Menanti Suara Bedug

Spot Payung Lucu
Spot Payung Lucu [image source]
Wisata Hutan Pinus Pakis atau lebih populer dengan nama Top Selfie Pinusan Kragilan ini terletak di ujung Magelang atau berada di lereng Gunung Merbabu. Destinasi ini terbilang masih baru, tapi langsung menarik perhatian baik wisatawan lokal maupun luar kota. Tidak hanya sekadar menikmati keindahan alam, banyak di antara mereka yang hunting foto dan diupload ke media sosial. Selain di hari biasa, jumlah pengunjung yang datang ke sini juga cukup banyak saat Ramadan. Apalagi menginjak sore hari.
Spot Foto di Hutan Pinus
Spot Foto di Hutan Pinus [image source]

2. Tempat Nongkrong Kekinian Bareng Sahabat

Nongkrong Asik Bareng Teman
Nongkrong Asik Bareng Teman [image source]
Bertambahnya jumlah pengunjung tidak lain karena fasilitas yang ditawarkan makin banyak. Mulai dari spot foto rumah pohon, gardu pandang bahkan ayunan hits. Semua cantik dan bisa digunakan untuk latar foto. Beberapa spot juga menyediakan tempat duduk yang nyaman. Nah, kamu bisa ngobrol banyak bersama sahabatmu. Apalagi, udara yang berhembus di sini segar dan menyejukkan.
Rumah Pohon di Hutan Pinus Kragilan
Rumah Pohon di Hutan Pinus Kragilan [image source]

3. Fasilitas Lengkap Ala Top Selfie Pinusan Kragilan

Gardu Pandang di Hutan Pinus Kragilan
Gardu Pandang di Hutan Pinus Kragilan [image source]
Sejauh mata memandang memang hanya ada pinus serta beberapa spot yang di cat dengan warna-berbeda. Namun, objek wisata ini masih memiliki beberapa fasilitas lain yang tidak akan mengganggu ibadah puasamu. Ya, Top Selfie Pinusan Kragilan menyediakan area berkemah hingga mushola, juga terdapat warung makan yang menyedikan berbagai menu makanan pengganjal perut.
Foto Kece di Rumah Pohon
Foto Kece di Rumah Pohon [image source]

4. Nikmati Keindahan Gunung Merbabu dari Ketep Pass

Jembatan Berbunga
Jembatan Berbunga [image source]
Puas menjelajah hutan pinus di Magelang, kamu juga bisa sekalian berkunjung ke Ketep Pass. Objek wisata yang berada di puncak bukit Sawangan dan hanya berjarak 6 km dari Top Selfie Pinusan Kragilan. Di Ketep Pass, kamu akan melihat keindahan pinus dari atas dan menatap keindahan Gunung Merbabu dan Merapi. Selain itu, kamu juga bisa belajar banyak tentang gunung saat berkunjung ke Volcano Centre dan Volcano Theatre yang ada di sini.
Ketep PassKetep Pass [image source]

5. Berbuka Puasa di Kawasan Hutan Pinus

Foto OOTD di Hutan Pinus Kragilan
Foto OOTD di Hutan Pinus Kragilan [image source]
Letak Top Selfie Pinusan Kragilan memang sangat jauh dari pusat kota. Apalagi dengan Warung Ayam Kosek Panjiwo yang terkenal enak dan mantap untuk berbuka. Tidak perlu khawatir, di sekitar destinasi ini ada banyak restoran yang menyediakan makanan dengan rasa juara. Sebut saja Warung Pinggiran Ketep Pass, Lesehan Ketep Pass hingga Warung Legok Sari yang bisa ditempuh selama 10 menit dari hutan pinus.
Ayam Kosek Panjiwo
Ayam Kosek Panjiwo [image source]
Nama : Top Selfie Pinusan Kragilan
Alamat: Pogalan, Pakis, Magelang, Jawa Tengah 56193
Jam buka: 07.00–17.00
Tiket Masuk : Rp3.000,- (sepeda motor), Rp10.000,- (mobil)
Top Selfie Pinusan Kragilan memang sangat cocok didatangi sebagai lokasi ngabuburit bersama sahabat. Namun sebelum berkunjung ke sini, lebih baik lihat kondisi kendaraan. Pasalnya, jalan menuju hutan pinus menanjak dan berkelok tajam. Jadi, hati-hati ya! Next

JEMBATAN BIRU


Jembatan Biru

                                     Jembatan Biru adalah tempat wisata di salatiga Diatas Rawa PeningJembatan Biru ini terletak di kecamatan tuntang kabupaten semarang, letaknya berada diatas rawa pening, rawa pening merupakan danau alam yang terletak di kecamatan tuntang kabupaten semarang, rawa pening merupakan cekungan terendah diantara gunung ungaran, merbabu dan telomoyo.Danau ini mengalami pendangkalan yang pesat. Pernah menjadi tempat mencari ikan, kini hampir seluruhpermukaan rawa ini tertutup eceng gondok. Gulma ini juga sudah menutupi Sungai Tuntang, terutama di bagian hulu. Usaha mengatasi spesies invasif ini dilakukan dengan melakukan pembersihan serta pelatihan pemanfaatan eceng gondok dalam kerajinan, namun tekanan populasi tumbuhan ini sangat tinggi. uniknya diatas rawa pening terdapat jembatan biru yang membentang menyebrangi rawa, tepatnya di desa semurup tuntang.tempat ini sedang ngehits dikalangan anak muda di daerah semarang dan salatiga.       untuk kamu yang ingin mencari tempat wisata atau jalan-jalan, tempat ini adalah tempat yang nyaman dan teduh, cocok mengajak sidoi untuk bersenang ria di tempat ini.rawapening, semurup jawa tengah


Sekilas mengenai jembatan biru Tuntang

Menurut informasi jembatan ini sudah lama berdiri, walaupun ada beberapa bagian yang baru. Jembatan ini memiliki panjang menjorok ke tengah danau kurang lebih 70 meter. Wah lumayan juga ya sob? Mas, kok bisa dinamakan jembatan biru? Ya karena memang jembatanya warnanya biru, kalau warnanya merah namanya jembatan merah. Hahahaha... Ohh gitu, terus gambaran jembatanya kayak apa sih mas? Selain berwarna biru yang tak kalah menarik adalah jembatan ini berlantaikan keramik, istimewa. Kemudian juga sudah ada pengaman berupa pagar pembatas besi. Selain jembatan utama disini ada sub jembatan lagi yang bentuknya cekung atau setengah lingkaran.

Lanjut ke cerita yang tadi ya sob. Setelah memarkirkan kendaraan kita bisa langsung berjalan menuju ke lokasi. Bentar mas, nggak bayar tiket masuk to? Karena bukan tempat wisata jadi nggak ada tiket masuknya sob, kamu hanya dikenakan biaya parkir saja Rp.2.000/ sepeda motor. Murah ditambah banget ya? Oke, saat hampir sampai ke depan jembatan nanti kita akan melewati rel kereta api. Harap hati-hati ya sob pas mau menyeberang, tengok kanan kiri biar aman. Loh mas kok ada rel kereta apinya? emang di daerah Salatiga ada jalur perlintasan kereta api? kayaknya nggak ada deh? Hlah kata siapa sob? ada yo.. walaupun cuma melayani rute Tuntang, Ambarawa, dan Kedung Jati. Cuma kalau digunakan untuk umum atau pariwisata saya sendiri kurang tau, tapi pernah beberapa waktu yang lalu saya melihat kereta uap berjalan disekitar danau.


Kalau udah sampai ke jembatan, silahkan kamu cari lokasi yang nyaman untuk dijadikan tempat menikmati danau rawa pening. Untuk masalah tempat berteduh mungkin di sekitar jembatan masih minim ya, hanya ada beberapa saja. Jangan heran pas kamu kesini banyak orang yang sedang memancing di pinggir danau atau di perahunya. Lokasi ini akan ramai di banjiri pengunjung tiap hari sabtu & minggu, ataupun hari libur nasional.
Buat kamu yang ingin berkeliling danau bisa juga menyewa perahu yang telah disediakan. Nanti pasti ada orang yang menawarkan jasa. Untuk masalah biaya saya rasa cukup terjangkau hanya Rp.15.000/ orang kita akan diantarakan ke lokasi bendera, lokasi ini lumayan kok sob jadi kamu bisa lebih puas menikmati suasana danaunya. Sampai di bendera berapa menit mas? Sekitar 15 menit perjalanan jadi kalau pulang pergi tinggal kalikan 2 saja. Misalkan udah sampai di bendera terus kamu mau nambah lagi bisa juga loh negosiasi sama nelayanya. Tentu saja nambah biaya, banyak atau tidaknya tergantung jaraknya ya sob.

Wah seru sekali pastinya ya sob berkeliling danau sambil menikmati segarnya udara danau, selain itu kamu juga nanti akan melihat hamparan perbukitan dan pegunungan yang ada di sekitar danau. Seperti gunung Telomoyo, Merbabu, dan Ungaran akan nampak terlihat jelas dari sini. Dijamin seru deh sob.

Untuk masalah fasilitas umum disini memang belum begitu lengkap ya sob hanya ada warung-warung makan, yah namanya juga bukan tempat wisata jadi harap maklum kalau fasilitasnya seadanya. Buat para pengunjung jangan lupa sampahnya dibuang pada tempatnya ya, jangan dibuang sembaranga apalagi ke danaunya. Biar tempat ini tetap bersih dan semakin ramai dikunjungi. Semoga kedepan jembatan biru semakin bagus dan semakin berkembang.